KISAH LIMA PENGEMBARA


Alkisah, di sebuah negeri antah berantah, hiduplah lima orang pengembara. Kelima orang ini sudah banyak mengunjungi berbagai kota di negeri tersebut. Meski begitu, bagaimana mereka melakukan perjalanan mereka tidaklah sama. Setiap pengembara memiliki cara berjalan mereka sendiri, yang membuat mereka memiliki kekhasan tersendiri.

Pengembara yang pertama selalu berjalan sambil melihat lke atas. Karena ia mengembara sambil melihat langit, ia sering salah mengambil jalan, membuat dirinya tersesat. Terkadang, ia juga memperoleh luka yang tidak perlu akibat menabrak hal yang sepele.

Pengembara yang kedua, sebaliknya, selalu berjalan sambil melihat ke bawah. Karena selalu melihat tanah itulah ia sering melewatkan berbagai toko. Padahal, toko itu dapat ia gunakan untuk menyuplai bekal perjalanannya dan juga memperbaiki berbagai perlengkapannya yang semakin lama semakin aus.

Pengembara yang ketiga selalu berjalan sambil melihat ke belakang. Karena selalu melihat ke belakang itulah ia sering tidak sadar bahwa ia sebenarnya memiliki kemampuan untuk memilih ketika ada percabangan jalan, dan menganggap bahwa jalan yang ia tempuh adalah jalan yang tidak bercabang.

Pengembara yang keempat selalu berjalan sambil melihat ke kanan dan kiri. Karena selalu melihat ke kanan dan kiri itulah ia menjadi pengembara yang paling lambat dibanding yang lain. Itu karena dia selalu menghampiri setiap toko yang kebetulan dia lihat.

Pengembara yang kelima selalu berjalan sambil melihat ke depan. Karena selalu melihat ke depan itulah ia selalu yakin dengan pilihan jalurnya dan enggan mencoba jalur yang lain. Padahal, jalur yang ia tempuh itu sering dibilang berbahaya oleh pengembara lain.

Kelima pengembara ini melambangkan beberapa sifat buruk yang seharusnya dihindari manusia.

Pengembara yang selalu melihat ke atas melambangkan sikap rendah diri dan tidak pernah puas. Mereka selalu membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih baik dari mereka, dan saat mereka mendapati dirinya ternyata inferior, mereka mulai merasakan sakit yang tidak perlu, yang disebabkan oleh rasa iri hati. Mereka juga merasa bahwa apa yang mereka perbuat tidak akan cukup, dan oleh sebab itu, mereka selalu berusaha untuk memuaskan keinginan itu, menjadikan diri mereka orang yang tamak. Sifat-sifat ini menjadikan mereka sering mengambil tindakan yang salah dalam hidup mereka.

Pengembara yang selalu melihat ke bawah melambangkan sikap sombong. Mereka selalu merasa bahwa diri mereka lebih baik dibandingkan orang lain, dan oleh sebab itu, selalu merendahkan orang lain. Selain itu, karena merasa bahwa diri mereka sudah hebat, mereka sering menolak kesempatan untuk belajar karena gengsi, padahal kesempatan itu sangat mungkin sebenarnya begruna bagi kehidupan mereka.

Pengembara yang selalu melihat ke belakang melambangkan sikap menyesal. Mereka selalu merasa bahwa pilihan yang mereka buat salah, berkata "Seandainya saja"-, dan berpikir bahwa hidup mereka tidak seharusnya seperti ini. Bahkan, mereka sebegitu larutnya dalam penyesalan, sampai-sampai mereka merasa bahwa hidup mereka tak berguna lagi. Sebagai akibatnya, mereka gagal melihat alternatif yang ditawarkan oleh kehidupan.

Pengembara yang selalu melihat ke kanan dan kiri melambangkan sikap menunda pekerjaan. Mereka tidak mampu menahan keinginan mereka untuk melakukan berbagai kegiatan sampingan, membuat kegiatan utama mereka justru terbengkalai. Akibatnya, banyak waktu yang terbuang, dan mereka menjadi orang yang tertinggal dibandingkan dengan orang lain.

Pengembara yang selalu melihat ke depan melambangkan sikap keras kepala. Mereka selalu merasa bahwa diri mereka paling benar, menjadikan mereka seorang yang berpikiran sempit dan tidak toleran. Dalam benak mereka, yang paling penting adalah opini mereka, sementara opini orang lain adalah salah, bahkan meskipun opini orang lain itu mengandung kebenaran.

RENUNGAN:

Karena itu, jadilah pengembara yang dapat melihat ke mana pun, tahu kapan harus melihat, itu dan seberapa lama atau sering kita melakukannya