Tampak seorang kakek tua sedang bersusah payah menggali tanah menanam tumbuhan persik di halaman rumahnya. kebetulan lewat seorang pemuda dan bertanya:
"Hai, Pak Tua! Usia anda sudah begitu lanjut, untuk apa lagi bersusah payah membuang tenaga dengan menanam pohon kecil itu, jangankan untuk menikmati hasilnya, untuk melihat pohon itu tumbuh besar mungkin tidak sempat."
Kemudian kakek itu berdiri sembari mengelap peluh dengan tangannya. Dengan roman penuh kewibawaan beliau berkata: "Anak muda, anda belum memahami makna hidup yang paling esensi. saya menanam pohon ini bukanlah hanya semata untuk diriku tapi anak dan teman-teman saya masih sempat bernaung di bawah pohon rindang ini kelak. saat saya sudah meninggal, cucu cucuku nantinya sudah dapat mengecap buahnya yang berlimpah ruah. Masihkah anda mengatakan jerih payahku tak berguna?"
RENUNGAN:
Pepatah : "Yang tua menanam, yang muda menikmati hasilnya. Atau, yang tua merintis jalan, yang muda menapakinya."
Hidup yang paling bermakna adalah turut memikirkan kelangsungan generasi. Kendati hidup hanya puluhan tahun, tapi memiliki nilai yang kekal. Bagaikan membakar sebatang kayu, begitu kayu pertama habis terlalap diikuti lagi oleh kayu kedua. Walau kayu kedua bukan merupakan kayu pertama, tapi yang pertama tetap bertanggung jawab untuk yang kedua, sehingga kontinuitas api tetap berlangsung. Demikian pula dalam kehidupan manusia ini.